PENGARUH
TEPUNG AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN EM4 DALAM RANSUM TERHADAP
KUALITAS
TELUR
ITIK
Disusun untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Rancangan percobaan
Oleh :
ROPI
CANDRA
13.1000.5311.014
FAKULTAS PERTANIAN PRODI PETERNAKAN
UNIVERSITAS TAMANSISWAPADANG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
peningkatan jumlah
penduduk yang pesat,peningkatan pendapatan perkapita serta
bertambahnya pengetahuan mengenai kebutuhan akan
gizi, terutama kebutuhan protein hewani menyebabkan permintaan terhadap telur
terus meningkat. telur itik merupakan salah satu produk dari ternak itik yang
dapat memberikan sumbangan besar dalam pencapaian gizi masyarakat.
banyak
penduduk memelihara itik sebagai usaha sambilan, keuntungan yang diperoleh
digunakan sebagai tambahan pendapatan keluarga, serta memenuhi gizi anggota
keluiarga. pemeliharaan itik secara sambilan maupun sebagai usaha komersial,
dipengaruhi oleh makanan, karena makanan merupakan salah satufaktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan dan perkembangan usaha. Masalah yang sering
muncul pada usaha peternakan adalah tingginya biaya pakan, karena bahan
penyusun ransum banyak yang di import seperti :
bungkil kedele dan jagung. Untuk mengatasi masalah diatas perlu dicarikan
solusinya supaya bahan makanan yang digunakan tidak akan menurunkan kualitas
telur, seperti ampas tahu. Limbah ampas tahu dapat menimbulkan masalah
lingkungan, karena dapat menimbulkan persenyawaan yang berbau busuk. Agar ampas
tahu ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak.
Ampas
tahu adalah salah satu limbah industry pertanian yang mudah didapat dan
memiliki kandungan gizi cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya 26,84% selain itu ampas tahu memiliki serat kasar
yang tinggi 12,76%, sehingga menjadi kendala bagi ternak apa bila diberikan
dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan fermentasi,
diantaranya menggunakan EM4 untuk meningkatkan daya cerna protein,
serta serat kasar dan lemak.
Efektive
microorganism (EM4) merupakan biakan dari campuran banyak mikroorganisme yang
terdiri dari lactobacillus. EM4 bermanfaat dalam mengurai polusi bau, khususnya
pada kandang dan lingkungan sekitarnya serta dapat menguranggi stress pada
ternak, menyumbangkan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam system
pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan serta meningkatkan kualitas dan
kuantitas telur. Hasil fermentasi yang telah diteliti di laboratorium nutrisi
dan makanan ternak fakultas peternakan Unand (2006) yaitu : menghasilkan
kandungan zat gizi, protein 31,35% serat kasar 12,76%, lemak 11,66 % dan ME
4082.
Bedasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Tepung Ampas Tahu Fermentasi Dengan EM4 dalam
Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik” sehingga diharapkan nantinya
memberikan informasi pada peternak, khusunya bagi peternak itik.
B.
Tujuan
penelitian
untuk mengetahui pengaruh pemberian
Tepung ampas tahu fermentasi dalam ransum ternak itik terhadap telur itik.
C.
Hipotesis
pemakaian
tepung ampas tahu fermentasi sebanyak 17,5% dalam ransum ternak itik
mempertahankan kualitas telur.
D.
Manfaat
penelitian
1. Meningkatkan
pemanfaatan limbah ampas tahu yang selama ini merupakan limbah hasil industry
pertanian.
2. Memberikan
informasi kepada peternak itik, bahwa tepung ampas tahu dapat ditingkatkan
penggunaannya kalau dilakukan fermentasi.
C.
Faktor
yang mempengaruhi ampas tahu fermentasi dengan EM4 serta kegunaannya
Bahwa makanan harus menyediakan zat-zat
makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan mengganti bagian-bagian tubuh
dan menciptakan hasil-hasil produksinya, disamping itu bahan makanan harus pula
memberikan energy untuk keperluan-keperluan tersebut. Anggorodi (1979).
Ampas
tahu adalah hasil ikutan kacang kedele yang mempunyai nilai gizi tinggi. Ampas
tahu merupakan pakan sisa dari pembuatan tahu. Hasil fermentasi yang telah
diteliti di laboratorium nutrisi dan makanan ternak fakultas peternakan Unand
(2006) yaitu : menghasilkan kandungan zat gizi, protein 31,35% serat kasar
12,76%, lemak 11,66 % dan ME 4082.
proses pembuatan tahu tidak semua
protein tersebut dapat dimanfaatkan secara efisiensi,lebih-lebih jika
pembuatannya masih tradisional, dimana proses penggilingannya kurang sempurna
mengakibatkan protein yang tinggal di ampas tahu masih cukup tinggi. Ampas tahu
hanya dapat bertahan selama 4 jam dalam keadaan segar.
Fermentasi merupakan salah satu
pengolahan dan pengawetan ransum dengan pertolongan mikroba dan fermentasi
dapat mempertinggi nilai dan kandungan gizi dari bahan ransum serta dapat
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak disukai(Anas, 1985).
Fermentasi dengan EM4 prinsipnya
pengolahan ransum secara fermentasi sebenarnya adalah mengaktifkan pertumbuhan
metabolism dari mikroorganisme. Sehingga membentuk produk yang ditumbuhkan,
yang berbeda dengan bahan bakunya (Fordiaz, 1998). Protein mikroorganisme dapat
meningkatkan mutu limbah menjadi ransum (Apandi, dkk.1984). Pemanfaatan limbah
ini bertujuan untuk mencegah polusi lingkungan. EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi ternak (deptan
RI, 1996). Effectival mikroorganisme yang terdiri dari lactoba cillus Sp yang
dikenal sebagai asam, stepto myces sp, ragi, jamur pengurai sililosa dan
bakteri foto sitetik. bakteri asam laktat merupakan populasi terbesar dalam
biakan tersebut. Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposis di
bahan EM4 juga mempunyai manfaat lain seperti :
1. Menyeimbangkan
mikroorganisme yang menguntungkan dalam system pencernaan ternak.
2. Meningkatkan
nafsu makan ternak.
3. Meningkatkan
kualitas dan kuantitas .
4. menyehatkan
ternak.
5. Mengurangi
stress atau bau pada ternak.
6. Mengurangi
populasi bau khususnya pada kandang ternak dan ligkungan ternak.
proses fermentasi dari bahan organic menggunakan
larutan EM4 perlu diperhatikan jenis subtract dan level inokulum yang
digunakan, karena pertumbuhan mikroorganisme membutuhkan zat makanan dan medi
tumbuhnya (Peppler, 1973).
MATERI
DAN METODE PENELITIAN
A.
Materi
penelitian
a. Itik
yang sedang berproduksi sebanyak 50 ekor setelah bertelur 5%.
b. Ransum
penelitian terdiri dari campuran konsentrat CP 124, jagung kering, tepung
tulang, ampas tahu fermentasi.
c. Peralatan
penelitian yang dibutuhkan seperti : timbangan ohaos kapasitas 610 gram, wadah
pengaduh makanan (baskom).
d. Alat
laboratorium untuk menentukan kualitas telur : timbangan elektrik, micrometer,
dial indicator egg yolk colour fan dan jangka sorong.
B.
Metode
penelitian
1. Rancangan
yang digunakan
Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan 4 kali ulangan. sebagai perlakuan yaitu pemakaian ampas tahu.
A= 7,5%
TAT(tepung ampas tahu)
B= 10% TATF (Tepung
ampas tahu fermentasi)
C=12,5% TATF
D=15% TATF
E=17,5% TATF
2. Pelaksanaan
a) Pembuatan
tepung ampas tahu fermentasi
ampas
tahu dijemur di bawah sinar matahari kira-kira 5 hari berturut-turut sehingga
kadar airnya turun menjadi 5%. Setelah kering ampas tahu dilakukan fermentasi
dengan EM4 dan gula 2,5% dan air 60%. Sebelumnya dilarutkan terlebih dahulu
dengan air, setelah larut baru larutan tersebut dicampur dengan tepung ampas
tahu dan diaduk sampai homogeny kemudian dilakukan penyimpanan kedalam plastik
dengan pemadapatan sehingga keadaan dalam kantong plastic tidak ada udara sama
sekali. Penyimpanan dilakukan selama 5 hari, setelah itu tepung ampas tahu
fermentasi dibuka dan dikeringkan kembali.
b) Pengadukan
ransum
Pengadukan
bahan-bahan penyusunan ransum dilakukan secara manual yaitu dengan mencampurkan
bahan-bahan yang jumlahnya palinh sedikit dulu sampai ke jumlah yang banyak.
bahan ransum penelitian dari campuran konsentrat CP 124. Jagung kuning, dedak
halus, grit, tepung tulang dan tepung ampas tahu sebagai perlakuan. Ampas tahu
yang dilakukan terlebih dahulu di jemur hingga kuning, kemudian digiling hingga
halus.
c) Persiapan
kadang
Sebelum
penelitian dimulai, kadang dibersihkan terlebih dahulu kemudian dilakukan
pengapuran dan disemprot dan dengan desintekton untuk membunuh bibit penyakit
serta bakteri yang merugikan, selanjutnya dilakukan pengecekan kandang.
d) periode
pemeliharaan
Ternak itik di tempatkan pada kandang yang
sebelumnya telah diacak sebanyak 10 ekor tiap petak kandang diberikan air minum
dan makanan sudah disediakan sesuai dengan masing-masing perlakuan.
e) pengamatan
terhadap produksi telur
Dilakukan
setelah itik bertelur 50%, telur diambil selama 1 hari seusai dengan peubah
yang diamati.
3. Peubah
yang diukur
a) Konsumsi
ransum
Dihitung
berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dalam seminggu dikurangi dengan jumlah
yang tersisa pada pagi hari minggu tersebut kemudian dijumlahkan selama
penelitian (gram/ekor).
b) kualitas
telur
Bagian
luar dan bagian dalam telur, dihitung berdasarkan keadaan fisik telur (Heuser,
1952).
1) Bagian
luar
(1) Berat
telur, diambil dan ditimbang untuk ditentukan berupa beratnya.
(2) Ketebalan
kulit telur, telur dipecahkan kemudian diambil kerabangnya dan diukur
ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong pada tiga tempat bagian tengah,
ujung yang terkumpul dan yang runcing kemudian diambil rata-ratanya.
2) Bagian
dalam (isi telur)
(1) ketinggian
kuning telur, telur dipecahkan dan diletakkan di atas wadah kemudian diukur
tinggi kuning telurnya dengan micrimeter. Satuanya haughty unit.
(2) Warna
kuning telur, telur dipecahkan dan cocokkan warna kuning telur dengan warna
yang ada pada ala troche yolk colourfan.
C.
Waktu
dan tempat penelitian
Insya
allah penelitian ini akan dilaksanakan di
nagari muaro gadang timur kabupaten pesisir selatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anas, Y. 1985. Fermentasi
kedele dengan cendawan, Rhizopus Sp pada pembuatan
tempe.
Skripsi Falkultas Pertanian Universitas
Andalas Padang.
Anggrodi, R. 1979, Ilmu makanan ternak umum.
Hasriwati, 2003. Pengaruh
pemberian EM4 dan tepung isi rumen terhadap kualitas telur
puyuh.
Universitas Tamansiswa Padang.
Imalosita. JPB. 1981 Studi pemnanfaatan limbah tahu. Falkultas teknologi Pertanian IPB
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar